Sabtu, Juli 25, 2009

Signs

Ketika tiba-tiba kambing di belakang rumah mengembik bersahut-sahutan, secara cepat, Ni Kita ke belakang rumah untuk mengambil cadangan rumput yang disimpannya di kiri kandang. Padahal, waktu itu, kami sedang asyik ngobrol tentang air dan timba yang ada di sumur. Akupun, sejurus kemudian, turut mengikuti Nini ke arah kandang. "Ada apa Ni?", tanyaku. "Oh, anakku, tidak ada apa-apa. Hanya, kambing ini memberikan tanda kalau lapar dengan cara mengembik", katanya. Tiap makhluk mempunyai tanda sendiri-sendiri dalam menjalani hidupnya, terutama untuk tanda lapar. "Kita harus mengenalinya dengan kuat, anakku", jelas Nini yang suka baju hitam itu.

Begitu pula, dalam pendidikan, guru harus sangat paham dengan tanda-tanda yang dimunculkan oleh siswa. "Tiap siswa selalu mempunyai tanda yang berbeda-beda ketika menyatakan keinginannya", jelas Nini. Keinginan itu berupa keinginan belajar, jenuh, gembira, dan seterusnya. Guru yang baik adalah guru yang kenal dengan tanda-tanda yang dimunculkan siswanya.
The Chronicles of Ni Kita: (eps. 40) Back to School Seasons: "Signs"
The End

"Pendidikan akan lebih efektif bila setelah selesai sekolah,
setiap siswa mengetahuai betapa banyak yang mereka tidak ketahui,
dan mempunyai hasrat untuk mengetahuinya"

Jumat, Juli 24, 2009

The Tree 3

"Ni, mengapa ranting mangga itu patah?" tanyaku keheran-heranan saat melihat dahan ranting mangga belakang rumah Ni Kita. "Ranting itu patah karena ada yang mematahkan", anakku. Selamanya, ranting mangga tidak pernah menginginkan untuk patah. Namun, pihak lainlah yang menyebabkan ranting itu patah dalam keterpaksaan untuk patah.

Oleh karena mangga mempunyai semangat hidup dan tumbuh, selang beberapa hari akan ada tunas baru di sela ruas bawah ranting yang tidak patah. "Lihatlah, ranting itu sudah ditumbuhi tunas baru yang akan memberikan harapan tumbuh dengan daun-daun yang mungkin lebih segar dan mengembang", ujarnya sambil menunjuk tunas itu.

Begitu pula, siswa yang baru saja ujian dengan hasil tidak maksimal lalu mendapatkan ejekan dari siswa lain, jangan lantas selamanya tidak bangkit. Siswa yang baik, ketika mendapatkan masalah, dia akan cepat bangkit kembali seperti tunas sebuah pohon. Ibarat seorang pejuang, ketika kalah bertempur, dia akan segera bangkit kembali mencari strategi baru dan segera melupakan tragedi kekalahannya itu.
The Chronicles of Ni Kita (eps. 39) "The Tree" part 3

"Orang harus berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkan,
tetapi tidak ditemukan perjuangan tanpa kesalahan dan kegagalan"

"Kemenangan paling berharga dalam hidup bukanlah tidak pernah gagal, melainkan bagaimana kita bisa bangkit setiap kali menemui kegagalan"


Rabu, Juli 22, 2009

The Tree 2

"Lihatlah anakku, pohon-pohon itu berdiri kuat hanya untuk memberi", kata Nini tiba-tiba saat berjalan membawa rerambanan pakan kambing. Aku yang di sebelahnya, menimpali pelan, "Iya, Ni", sambil bernapas panjang karena jalan agak jauh. Anehnya, meski menurutku perjalanan lumayan jauh, napas Ni Kita tampak tidak berubah, tenang, dan melangkah konstan.

"Pohon itu lebih banyak memberi daripada menerima", tambahnya. Karena banyak memberi, burung-burung, ulat, tawon, kelelawar, kupu-kupu, belalang, dan sebagainya dapat menikmatinya dengan baik sehingga berlangsung siklus hidup ini. "Pohon itu tidak pernah berharap menerima meski telah memberi sebanyak-banyaknya," kata Nini pelan.

"Kalau saja guru mampu menangkap tugas mulia pohon-pohon itu, pasti banyak kegiatan memberi yang dilakukan guru", ujar Nini sesampai di kandang kambing. Guru yang terhormat haruslah banyak memberi daripada menerima. Dengan memberi, ragam siswa dari latar belakang berbeda akan mampu menikmati aktivitas memberi guru. Dengan memberi, tanpa meminta, perhatian tulus akan datang dengan sendiri kepada diri guru. "Berarti, kita sedang memberi juga kepada kambing ini makanan lezat baginya, Ni?", tanyaku. Nini tersenyum segar. The Chronicles of Ni Kita (eps 38) "The Tree" part 2

"Pohon yang kokoh tidak tumbuh seketika,
tetapi batang pohon itu menguat
seiring dengan kekuatannya menghadapi terpaan angin"

The Tree 1

Ni Kita yang kutunggu-tunggu akhirnya datang juga sambil membawa rambanan (dedaunan untuk makanan kambing) berbagai macam untuk tiga ekor kambing kesayangannya. Ikatan dedaunan itu ditaruhnya pelan sambil diurai di depan kambingnya. "Menunggu merupakan waktu yang paling lama di dunia ini", ujarnya pelan sambil melirikku. Aku kaget. "Kok tahu ya, Ni Kita atas kemenungguanku?", gumamku.

Mengapa dedaunan yang dibawa beraneka warna? Warna tumbuhan memberikan tanda terhadap tumbuhan itu sendiri. Begitu pula, pohon, dahan, akar, daun, bunga, dan buah tumbuhan mempunyai ciri tersendiri yang membedakan dengan tumbuhan lain. Begitu pula, guru juga harus mempunyai warna tersendiri sehingga dapat dibedakan dengan profesi lainnya. "Jika guru kehilangan warna, siswa juga akan kehilangan selera", ujar Ni Kita. Untuk itu, guru, di manapun dia, harus tetap memunculkan warna yang khas sehingga tetap memberikan manfaat bagi dirinya. "Orang tertarik sesuatu karena bentuk, fungsi, dan manfaatnya", kata Ni Kita sambil meneguk air putih di gelas usangnya. Guru haruslah mempertahankan bentuk, fungsi, dan manfaatnya agar siswa kita tidak sia-sia belajar."
The Chronicles of Ni Kita (eps. 37) "The Tree" part 1

"Orang sukses adalah mereka yang memiliki satu jalur bidang,
lalu menekuninya sekuat tenaga"

Selasa, Juli 21, 2009

The Birds 4

Di sekitar rumah Ni Kitalah, burung dapat dilihat terbang dengan bebasnya tanpa dikurung dan dijinakkan seperti perilaku orang kota. Aku dapat dengan lama mendongakkan kepala dan memandangi alur kibasan kepak burung berwarna-warni, dan beraneka bentuk. Burung-burung itu sangat lincah menguasai langit seperti raja menguasai kerajaannya. Aku lihat, Ni Kita pun ikut mendongakkan kepala sambil memandangi ayunan sayap hidup itu.

Tiba-tiba, aku mendengar suara lantang dari seorang Nini yang tampak tersenyum melihat burung-burung berterbangan itu. "Lihat anakku! Burung itu menari penuh gembira dengan warna memesona", katanya lantang sambil menunjuk burung elang yang melintas. Burung itu dapat dengan anggun melayang-layang di udara karena keseimbangan gerakan antara sayap kiri dan kanan. "Keseimbangan itu dipadukan dengan gerakkan ekor dan parunya", jelas Ni Kita.

Agar dapat bergerak menikmati suasana kelas, seorang siswa juga perlu keseimbangan antara berpikir otak kanan dan kirinya. "Siswa itu manusia. Pastilah dia mempunyai otak kiri dan kanan", jelas Ni Kita. Untuk itu, alangkah sayangnya jika kedua fungsi otak milik siswa tidak digunakan dengan penuh keseimbangan. Begitu pula, ketika seorang guru menghadapi siswanya, guru perlu mengiramakan kepaduan otak kiri dan kanan siswa-siswanya. Dengan begitu akan terjadi pesona imbang yang terlahir dari kelas dinamis.
The Chronicles of Ni Kita (eps. 36) "The Birds" part 4
The End

"Be in control.
When you blame someone else, You give away your power.
If you want to find a solution for a problem in your life, take personal accountability.
When you blame, you play the victim role, which does nothing but make you feel powerless
Accept what happened and take control of your life"

Senin, Juli 20, 2009

The Birds 3

Ada empat burung kecil bergelantung di ranting kecil bambu pojok kanan depan rumah Ni Kita dengan santainya. Paruhnya menelisik buluh bawah sayap untuk mencari biang kotoran pada kulitnya. Aku terpesona tanpa terpejam dalam waktu lama. Tiba-tiba, sorot mata terhenti saat Ni Kita menyapaku. "Lihat apa, anakku?", katanya pelan.
"Eh, Eh, aku lihat burung yang sedang asyik bergelantungan di ranting itu, Ni, jawabku cepat sambil langsung melirik kopi yang dibawanya.

"Burung itu tampak asyik karena sangat cocok dengan tempatnya", ujarnya. Di ranting itu terjadi keseimbangan antara besar ranting, suasana, cuaca, dan besar burung sehingga burung-burung itu nyaman. Kenyamanan yang diperoleh burung itu dapat memberikan keberlangsungan hidup burung secara damai sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak mewarnai alam ini.

Begitu pula, andai siswa berada dalam keseimbangan di kelas, yakni suasana pembelajaran, materi, media, perlakuan, dan layanan guru sangat cocok dengan perkembangan diri siswa, tentu pembelajaran akan menemukan keberhasilan. "Siswa akan asyik dengan tanggungjawabnya dalam belajar", jelas Ni Kita yang pagi ini tampak segar. Siswa menjadi bagian dari kelas bukan tamu yang berada di kelas.
The Chronicles of Ni Kita (eps. 35) "The Birds" part 3

"Kita harus bisa menerima keadaan yang pahit agar bisa membakar semangat untuk meneruskan perjalanan"

Kamis, Juli 16, 2009

The Birds 2

"Anakku, mengapa kamu bersedih hari ini?", lerai Ni Kita sambil duduk santai menghadap ke pekarangan di depan pintu sebelah kanan. "Tidak bersedih Ni, hanya saja Aku melamunkan burung Jalak di atas daun kelapa itu", kataku pelan saat duduk di kanan Ni Kita. Burung Jalak mempunyai gurunya sendiri yang mampu mengajari secara alamiah makan, minum, berkembang biak, membuat sarang, terbang, dan berkicau.

Guru burung Jalak itu ada dalam nalurinya yang digembleng dengan alam burung. Jalak satu dengan yang lainnya sama-sama terampilnya. Jalak satu dengan yang lainnya sama-sama berkembangnya. Begitupula, manusia seharusnyalah berkembang seirama dengan manusia lainnya. "Namun, dalam manusia terdapat naluri mendiskriminasi sehingga ada yang dapat unggul dan ada pula yang terpaksa mengkerdil", ujar Ni Kita.
The Chronicles of Ni Kita (eps. 34) "The Birds" part 2

"Kurangnya rasa percaya diri adalah sumber penyebab dari segala kegagalan.
Jika anda tidak yakin dengan kekuatan yang anda miliki,

maka anda lemah, meskipun sebenarnya anda kuat"

Rabu, Juli 15, 2009

The Birds

Baru kali ini, aku diajak ke kebun belakang rumah Ni Kita. Ternyata, aneka pohon menancap kuat di sana. Rindang, sejuk, dan damai merasuki pori-pori ini. Kicau burung bergantian tanpa henti.

"Burung-burung itu sejak lama menemani aneka pohon ini," jelas Ni Kita sambil meraih rambanan untuk kambing peliharaannya. Burung itu mempunyai ciri sendiri-sendiri yang tidak dapat tergantikan dengan ciri yang lainnya. Coba saja, elang itu, dilatih untuk mengais-ngais tanah seperti burung puyuh, pastilah elang tidak akan mampu meneruskannya. Coba pula, puyuh dilatih untuk terbang tinggi, tentu, puyuh akan menghentikan napasnya. "Begitu pula, siswa mempunyai ciri sendiri-sendiri yang khas baginya," tambah Ni Kita.

Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari ciri-ciri khusus siswa-siswanya sehingga dapat tepat sasaran. "Cara mengajar yang seragam bagi siswa-siswa, tampaknya sebuah cara yang mengingkari perbedaan manusia," jelas si Nini. Menyelami ciri anak menjadi senjata mengajar yang tepat sasaran. Bukankah kecerdasan siswa berbeda-beda berdasarkan potensi masing-masing? The Chronicles of Ni Kita (eps. 33) "The Bird"

"Hanya orang bodoh saja yang berpendapat bahwa potensi yang dimiliki selamanya akan tetap sesuai dengan perkembangan tanpa harus diperbarui dengan BELAJAR Terus menerus tanpa mengenal lelah""

Energy

Matahari siang itu sangat menyengat. Keringat deras berguguran dari dagu Ni Kita di pelataran rumah. Namun, tangan tidak juga berhenti membalik padi yang sedang dijemur. Butir padi tidak terlalu banyak. Mungkin kalau digiling, padi itu hanya berubah menjadi 10 kg beras.

Semua bermula dari padi yang tua, dipanen, dijemur, dan digiling. "Jadilah beras yang siap dimasak untuk menghidupi manusia di sini", ujar Ni Kita sambil memandangiku ketika aku tiba-tiba berada di sampingnya. Andai tidak ada usaha untuk mengubah padi menjadi beras, tentu tidak ada juga sediaan energi untuk hidup dan berkembang seperti ini. Begitu juga, sosok siswa, jika tidak diusahakan untuk tumbuh dan berkembang dengan tepat, tentu tidak akan menjadi generasi yang bermanfaat. "Tugas kita adalah mengusahakan dengan penuh perencanaan untuk mengubah sosok siswa menjadi pribadi yang penuh energi", kata Ni Kita. Manusia yang demikian itu adalah manusia yang penuh tanggung jawab dan jujur atas tugasnya.
The Chronicles of Ni Kita (eps. 32) "Energy"

PUSH PUSH PUSH,
Don't get me wrong. I meant
P-PRAY U-UNTIL S-SOMETHING H-HAPPEN

Selasa, Juli 14, 2009

The Master

Ketika menjelang rumah Ni Kita, aku lihat kelihaian seorang petani dalam mengolah tanahnya. Seakan-akan, petani itu sudah sampai tingkat master atau doktoral kalau diukur dari tingkat sekolahan. Aku terpana melihatnya. Tiba-tiba lamunanku dibuyarkan oleh sapaan Nini yang masih sehat itu. "Ada apa anakku?", katanya.

"Itu Ni, petani itu sangat mahir mengolah gembur tanah untuk padinya", jawabku. "Dia pandai bahkan lihai mengolah tanah karena memang tiap hari bergelut dengan tanah", jawabnya enteng. Petani itu dulunya juga tidak dapat apa-apa. Namun, karena mengalami proses pengulangan secara teratur, dia sangat pandai bertani bahkan hasilnya melimpah. Siswa pun, jika dibiasakan melalui pengulangan yang teratur, pasti akan menemukan kemahirannya. "Siswa yang baik tentu berpedoman pada cara pengulangan yang tertata, anakku", jawab Nini yang suka dengan nasi jagung itu. Jangan sampai, kita beranggapan bahwa sekali diberi, kita pasti langsung pandai. "Cobalah pergi ke kota yang belum kamu kenal. Pastilah, kamu akan mendapatkan kebingungan. Ketika diulang ke kota itu, pasti juga masih bingung", katanya mantap. Namun, karena berulang-ulang mengenali kota itu, seseorang pasti akan paham tentang posisi dan situasi kota. The Chronicles of Ni Kita (eps. 31) "The Master"

"Tulisan siapakah itu?,
Apakah ahli langsung menghasilkan karya yang benar"

Senin, Juli 13, 2009

Back to School Seasons

Pagi ini, aku duduk santai di teras depan rumah Ni Kita sambil menikmati kopi panas. Terlihat berduyun-duyun para penduduk berangkat ke sawah seperti saat kami sekolah dahulu yang bersama-sama jalan ke sekolah. Mereka sangat riuh dengan gaya kelakarnya sendiri. Tiba-tiba, Ni Kita turut melihat para petani yang memanggul cangkul dan menenteng sabit.

"Itulah kebiasaan di sini secara turun menurun, anakku", katanya lembut. Tanpa disuruh, karena sebuah kewajiban, mereka dengan gembira ke sawah. Begitu juga, siswa hendaknya dengan senang hati berangkat ke sekolah tanpa berpikir sebagai sebuah kewajiban saja melainkan sebagai sebuah kenikmatan untuk mendapatkan sentuhan akademis ilmu pengetahuannya. "Dengan senang hati, siswa harus melangkahkan kaki ke kelas kehidupan yang mengasuhnya", jelasnya. The Chronicles of Ni Kita: "Back to School Seasons"

"Ubahlah hidup Anda hari ini,
Jangan pernah bertaruh untuk masa depan.
Beraksilah sekarang, tanpa menunda-nunda"


Design by Olivia L Jensen. Power by Blogger